A.
Penggolongan Kata Secara Traditional Oleh C. A
MESS (1957: h. 50-290)
C.A Mess Dalam
bukunya Tata Bahasa Indonesia menggolongkan kata-kata menjadi sepuluh
golongan, yaitu:
1. Kata benda atau nomen substuntivum.
2. Kata keadaan atau nomen adjectivum.
3. Kata ganti atau pronominal.
4. Kata kerja atau verbum.
5. Kata bilangan atau numeri.
6. Kata sandang atau artikulus.
7. Kata depan atau praepositio.
8. Kata keterangan atau adverbium.
9. Kata sambung atau conjunction.
10. Kata seru atau interjection.
a.
Keunikan Penggolongan Kata Oleh C. A MESS
C.A MESS
menggolongkan kata secara terstruktur, urut dan terperinci. Pada
penggolongan kata ini, semua kata dalam Bahasa Indonesia memiliki kedudukan
dalam kalimat. Hal tersebut menandakan bahwa penggolongan kata menurut C. A
MESS lengkap dan juga jelas. Selain mudah dipahami, C. A MESS juga
menggolongkan kata dengan struktur yang dekat dengan struktur atau penggolongan
kata dalam Bahasa Inggris yaitu Part of Speech, karena C. A Mess banyak
menggunakan istilah yang diadopsi dari Part of Speech.
b. Penggolongan Kata Menurut C.
A MEES
1) Kata benda atau nomen substantivum.
Kata benda atau nomen substantivum ialah kata yang menyebut nama
substansi atau perwujudan. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi dua
golongan, ialah kata benda yang bersifat kongkret dan kata benda yang bersifat
abstrak. Antara kedua golongan kata benda itu tidak terdapat perbedaan bentuk
yang menjadi ciri. Baik kata benda kongkret maupun abstrak mungkin berupa kata
dasar, mungkin juga berupa kata yang diturunkan.
2) Kata keadaan atau nomen adjectivum.
Dijelaskan bahwa kata keadaan memiliki tiga fungsi, ialah:
a) Fungsi predikatif, yaitu apabila ada kata keadaan itu
menduduki fungsi predikat, misalnya kata tinggi dan pucat dalam
kalimat Pohon itu tinggi; Mukanya Pucat.
b) Fungsi atributif, yaitu apabila kata keadaan itu
terikat pada kata benda, misalnya kata tinggi, besar, lama dan kecil
dalam pohon tinggi, peralatan besar, pangkalan lama dan perahu kecil.
c) Fungsi substantive, yaitu apabila kata keadaan itu
disubstantif yang bersangkutan, misalnya si nakal, yang tinggi.
3) Kata ganti atau pronomina.
Kata ganti atau pronominal ialah kata-kata yang menunjuk, menyatakan
atau menanyakan tentang sebuah substansi dan dengan demikian justru mengganti
namanya. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
a) Kata ganti persona ialah kata-kata yang mengganti nama
persona. Dapat digolongkan menjadi:
a. Kata ganti
persona pertama, misalnya aku, saya, kami.
b.
Kata ganti persona kedua, misalnya engkau, kamu, tuan, saudara.
c.
Kata ganti persona ketiga, misalnya ia, dia, mereka.
b)
Kata ganti mandiri ialah kata ganti yang mengganti diri persona itu
sendiri, yaitu kata diri dan diri sendiri.
c)
Kata ganti petunjuk ialah kata yang menunjuk tempat sesuatu substansi,
atau dapat juga mengganti substansi itu, yaitu kata ini dan itu.
d)
Kata ganti relative, ialah kata yang menyatakan perhubungan antara
sebuah substansi dengan kalimat yang menghubungkanya, yaitu kata yang.
e)
Kata ganti penanya, ialah kata yang menyatakan pertanyaan mengenai nama
substansi, misalnya seperti kata apa, siapa dan mana.
f)
Kata ganti tak tentu, ialah kata yang menyatakan suatu substansi yang
tak tentu, yaitu kata apa, apa-apa, siapa-siapa, mana-mana, anu,
masing-masing, sesuatu dan seseorang.
4)
Kata kerja atau verbum.
Kata golongan ini dibedakan menjadi dua golongan,
ialah:
a)
Kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan substantive
supaya sempurnya artinya.
b)
Kata kerja intransitive, yaitu kata kerja yang sudah sempurna artinya,
karena itu tidak dapat dibubuhi substantive sebagai pelangkapnya.
*Selain daripada itu, dikemukakan juga kata kerja yang
lain, ialah yang disebut dengan kata kerja kopula. Kata kerja kopula ialah kata
kerja yang bertindak sebagai kopula, misalnya kata adalah, jadi, menjadi,
jatuh, misalnya dalam jatuh sakit.
5) Kata
bilangan atau numeri.
Kata golongan ini digolongkan menjadi:
a)
Induk kata bilangan, misalnya satu, dua, tiga, seratus dan
seterusnya.
b)
Kata bilangan tak tentu, misalnya beberapa, segala.
c)
Kata bilangan kumpulan, misalnya bertiga, berlima.
d)
Kata bilangan tingkat, misalnya kesatu, kedua, ketiga.
e)
Kata bilangan pecahan, misalnya dua pertiga, seperdua.
6)
Kata sandang atau artikulus
Menurut fungsi dan pemakaianya kata sandang dibedakan
menjadi tiga golongan, ialah:
a)
Kata sandang tentu, yaitu kata yang.
b)
Kata sandang persona, yaitu si dan sang.
c)
Kata sandang tak tentu, yaitu kata seorang, sebuah, sesuatu.
7)
Kata depan atau praepositio
Pada
umumnya, kata depan dipakai untuk menjelaskan pertalian kata-kata. Kata depan
yang tulen ialah di, ke dan dari. Di samping itu, terdapat kata
depan yang lain, ialah pada, akan, dengan, serta, antara, sama, demi, peri,
tentang, karena, bagi, untuk, guna, oleh, dan sebagainya. Ada lagi yang
disebut kata kerja majemuk, ialah kata-kata di dekat, di dalam, ke dekat, ke
luar, dari dalam, di hadapan, dan sebagainya.
8)
Yang dimaksud kata keterangan ialah kata yang menerangkan 1. Kata kerja
dalam segala fungsinya, 2. Kata keadaan dalam segala fungsinya, 3. Kata
keterangan, 4. Kata bilangan, 5. Predikat kalimat, tak peduli jenis kata apa
predikat itu, dan 6. Menegaskan subjek dan predikat kalimat.
Kata
golongan ini dapat dibedakan menjadi:
a)Kata keterangan waktu, misalnya dahulu, kemarin,
hari ini, sekarang, kini, besok, kemudian, selamanya dan sebagainya.
b)
Kata keterangan modal, yang dapat dibedakan menjadi: 1. Kepastian, misalnya
kata-kata memang, niscaya, pasti, dan sebagainya, 2. Pengakuan, misalnya
kata-kata ya, benar, betul, sebenarnya dan sebagainya, 3. Kesangsian,
misalnya kata-kata agaknya, barangkali dan sebagainya, 4. Keinginan,
misalnya kata-kata moga-moga, mudah-mudahan, 5. Ajakan, misalnya
kata-kata baik, mari, hendaknya, 6. Kewajiban, misalnya kata-kata harus,
perlu, wajib, 7. Larangan, misalnya kata jangan. 8. Ingkaran ialah
kata bukan, bukannya, tidak. 9. Keheranan, ialah kata masakan, mana
boleh , mustahil.
c)Kata keterangan tempat dan jurusan, misalnya kata-kata
disini, dari situ, kesana, dari mana, dan sebagainya
d)
Kata keterangan kaifat dan kualitatif, misalnya kata-kata perlahan-lahan,
dengan gembira, kuat-kuat, selebar-lebarnya, dan sebagainya.
e)Kata keterangan derajat dan permana, misalnya
kata-kata amat, hampir, sangat, kurang, dan sebagainya.
f) Kata tekanan,
ialah kah, gerangan, pula, pun, dan lah,
9)
Kata sambung atau conjunction
Kata
sambung ialah kata-kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat,
dan kalimat-kalimat. Kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang berdiri pada
permulaan sebuah kalimat sebagai pengantar sebuah serita, suatu pasal, atau
kalimat baru yang termasuk golongan kata sambung. Yang termasuk golongan kata
sambung misalnya kata-kata apabila, bilamana, lagi pula, dan, agar, karena
dan sebagainya.
10) Kata seru atau interjection
Kata
seru ialah kata-kata yang menirukan bunyi manusia, yaitu bunyi panggilan, bunyi
yang memperingatkan akan adanya bahaya, bunyi yang menyatakan kesakitan dan
berbagai rasa heran. Kadang-kadang kata seru itu menirukan bunyi yang jelas,
seperti hm, yaitu bunyi deham, ha, sst, dan sebagainya.
Yang termasuk golongan kata seru misalnyakata-kata ya,
wah, ah, hai, o, oh, cis, cih, dan sebagainya.
c.
Perbandingan Penggolongan Kata Oleh C. A MESS Dengan
Penggolongan Kata Oleh Tokoh Lainnya Secara Tradisional.
Perbandingan
penggolongan kata secara tradisional oleh C. A MESS dengan penggolongan kata
secara tradisional oleh Tarjdan Hadjijaja
Secara
umum, penggolongan kata menurut kedua tokoh ini hampir sama, akan tetapi ada
beberapa perbedaan yang cukup terlihat. Misalnya saja dalam penggunaan istilah,
C.A Mess menggunakan istilah “kata keadaan”, sedangkan TARDJAN H. menggunakan
istilah “kata sifat”. Selain itu, dalam beberapa penggolongan menurut keduanya
ada perbedaan dalam merincinya. Misalnya, TARDJAN H. menggolongkan Kata depan,
kata penghubung dan kata secara lebih terperinci dibandingkan penggolongan oleh
C.A Mess. Akan tetapi disisi lain, C.A Mess menjelaskan kata keadaan atau
disebut sebagai kata sifat oleh TARDJAN H. secara lebih dibandingkan TARDJAN H.
B.
Penggolongan
Kata secara Non-Traditional Oleh S. Wojowasito (1978: 38-42)
1. PENGGOLONGAN
KATA OLEH S. WOJOWASITO
a.
Keunikan Penggolongan Kata Oleh S. WOJOWASITO
Karakteristik
penggolongkan kata yang telah dijelaskan
oleh S. Wojowasito, memiliki keunikan yang lebih banyak dibandingkan dengan beberapa
penggolongan kata yang lain. Dalam penjelasan S. Wojowasito lebih menonjolkan ciri-ciri
dari beberapa penggolongan katanya masih mengandung kebingungan tersendiri bagi
para pembelajar Bahasa, khususnya dalam bentuk penggunaan dan syarat maupun
ketentuaan yang belaku dalam beberapa penggolongan kata.
Selain
itu, penggolongan kata oleh S. Wojowasito ini lebih memiliki ketelitian baik
dalam segi ciri, sintaksis, gramatikal dan juga fungsi dari beberapa kata yang
telah digolongkan.
penggolongan
kata ini lebih mudah di pelajari dan memiliki materi penggolongan kata yang
lebih padat. S. Wojowasito lebih menekankan pada penggolongan kata yang umum
dan yang lebih sering digunakan oleh para pembelajar Bahasa.
b.
Penggolongan
Kata Oleh S. Wojowasito
S.
Wojowasito dalam bukunya Ilmu Kalimat Strukturil menggolongkan kata
menjadi Sembilan golongan berdasarkan fungsi kata yang lazim dan sintaksis atau
dalam sintaksis atau dalam kalimat di samping antologi atau artinya.
1. Kata Benda
Ciri-ciri:
1. Lazim menduduki fungsi subjek dan objek
2. Lazim diikuti kata itu
3. Dapat didahului oleh preposisi
4. Dapat diikuti oleh nama pribadi
5. Dapat didahului oleh kata bilangan
6. Dapat didahului atau diikuti oleh suatu
sifat
Contoh:
mobil, meja, kursi.
2. Kata Kerja
Ciri-ciri:
1. Lazim menduduki fungsi predikat
2. Lazim mengikuti subjek dan mendahului
objek
3. Dapat diikuti oleh preposisi
4. Dapat digunakan untuk perintah
5. Dapat mengalami perubahan genus (aktif
dan pasif)
6. Dapat didahului oleh kata-kata boleh,
akan, hendak, sedang, lelah, sambil.
Contoh:
duduk, menulis, membaca.
3. Kata Sifat
Ciri-ciri:
a) Lazim mengikuti kata benda sebagai sifat
atau penjelasan
b) Dapat dimasukkan ke dalam imbangan
pangkat-pangkat perbandingan dengan menyertakan kata-kata lebih, paling.
c) Tidak dapat digunakan untuk perintah
d) Tidak dapat didahului oleh kata hendak,
sedang.
Contoh:
cantik, rajin.
4. Kata Tambah
Kata golongan ini hanya dapat menduduki
fungsi keterangan sekunder. Misalnya dalam orang itu amat besar. Kata besar
adalah keterangan primer pada orang itu, dan kata amat adalah
keterangan sekunder pada kata besar. Karena itu, kata amat adalah
kata tambah. Keterangan sekunder ialah keterangan atas keterangan.
1. Kata penghubung
Kata
golongan ini berfungsi 1. Menghubungkan dua kalimat sejajar atau bertingkat,
dan 2. Menghubungkan dua kata yang sejenis dan sejajar. Contoh: dan, tetapi,
dll.
2.
Kata
seru
Kata seru ialah kata yang digunakan
sebagai motphrase, yaitu suatu kata yang bertindak penuh sebagai kalimat dengan
intinasi seruan: wahai, aduh
3. Kata bilangan
Bilangan ialah kata yang menyebut
sesuatu yang objektiv dan untuk tujuan itu tidak dapat diganti oleh lain jenis
dan selalu mendahului kata yang dijumlah. Kata golongan ini dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu:
·
Kata
bilangan yang tentu, misalnya: satu, dua, tiga, dst.
·
Kata
bilangan yang tidak tentu, misalnya: segala, tiap-tiap,dsb.
4.
Kata
ganti
Kata
ganti ialah kata-kata yang mengganti kata benda, misalnya: aku, engkau, -ku,
-kau, ini, dll.
5.
Kata
depan
Kata
depan ialah kata-kata yang di dalam kesatuan sintaktik, ialah dalam frase atau
kelompok kata, menentukan sifat hubungan dengan kelompok kata atau kata yang
mendahuluinya. Contoh: ber-, me-, di-, dst.
C.
Perbandingan
Penggolongan Kata Tradisional Dan Non Tradisional (penggolongan kata menurut C. A MESS dan S.
Wojowasito)
Objek perbandingan
|
C. A MESS (Tradisional)
|
S.
Wojowasito (Non Tradisional)
|
Kata benda
|
Pengklasifikasian kata benda terlalu umum, sehingga perlu penjelasan
yang lebih detail lagi
|
Klasifikasi pada kata benda jelas sehingga mudah difahami
|
kata bilangan
|
Penggolongan
dalam kata bilangan cukup jelas dan detail
|
Penggolongan
kata kurang detail
|
Kata ganti
|
Penggolongan kata ganti cukup jelas, sehingga mudh dipahami
|
Terlalu umum, dan sangat kurang detail
|






cobe-coba dulu ^^
BalasHapusThat's good article Arfi ^_^
BalasHapus