WELCOME TO MY BLOG

Selasa, 28 Mei 2013

Penggolongan Kata Dalam Bahasa Indonesia



A.      Penggolongan Kata Secara Traditional Oleh C. A MESS  (1957: h. 50-290)
C.A Mess Dalam bukunya Tata Bahasa Indonesia menggolongkan kata-kata menjadi sepuluh golongan, yaitu:
1. Kata benda atau nomen substuntivum.
2. Kata keadaan atau nomen adjectivum.
3. Kata ganti atau pronominal.
4. Kata kerja atau verbum.
5. Kata bilangan atau numeri.
6. Kata sandang atau artikulus.
7. Kata depan atau praepositio.
8. Kata keterangan atau adverbium.
9. Kata sambung atau conjunction.
10. Kata seru atau interjection.


a.    Keunikan Penggolongan Kata Oleh C. A MESS 
C.A MESS menggolongkan kata secara terstruktur, urut dan terperinci. Pada penggolongan kata ini, semua kata dalam Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dalam kalimat. Hal tersebut menandakan bahwa penggolongan kata menurut C. A MESS lengkap dan juga jelas. Selain mudah dipahami, C. A MESS juga menggolongkan kata dengan struktur yang dekat dengan struktur atau penggolongan kata dalam Bahasa Inggris yaitu Part of Speech, karena C. A Mess banyak menggunakan istilah yang diadopsi dari Part of Speech.
b.   Penggolongan Kata Menurut C. A MEES
1)      Kata benda atau nomen substantivum.
Kata benda atau nomen substantivum ialah kata yang menyebut nama substansi atau perwujudan. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, ialah kata benda yang bersifat kongkret dan kata benda yang bersifat abstrak. Antara kedua golongan kata benda itu tidak terdapat perbedaan bentuk yang menjadi ciri. Baik kata benda kongkret maupun abstrak mungkin berupa kata dasar, mungkin juga berupa kata yang diturunkan.
2)      Kata keadaan atau nomen adjectivum.
Dijelaskan bahwa kata keadaan memiliki tiga fungsi, ialah:
a)      Fungsi predikatif, yaitu apabila ada kata keadaan itu menduduki fungsi predikat, misalnya kata tinggi dan pucat dalam kalimat Pohon itu tinggi; Mukanya Pucat.
b)      Fungsi atributif, yaitu apabila kata keadaan itu terikat pada kata benda, misalnya kata tinggi, besar, lama dan kecil dalam pohon tinggi, peralatan besar, pangkalan lama dan perahu kecil.
c)      Fungsi substantive, yaitu apabila kata keadaan itu disubstantif yang bersangkutan, misalnya si nakal, yang tinggi.
3)      Kata ganti atau pronomina.
Kata ganti atau pronominal ialah kata-kata yang menunjuk, menyatakan atau menanyakan tentang sebuah substansi dan dengan demikian justru mengganti namanya. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
a)      Kata ganti persona ialah kata-kata yang mengganti nama persona. Dapat digolongkan menjadi:
a.  Kata ganti persona pertama, misalnya aku, saya, kami.
b.   Kata ganti persona kedua, misalnya engkau, kamu, tuan, saudara.
c.    Kata ganti persona ketiga, misalnya ia, dia, mereka.
b)      Kata ganti mandiri ialah kata ganti yang mengganti diri persona itu sendiri, yaitu kata diri dan diri sendiri.
c)      Kata ganti petunjuk ialah kata yang menunjuk tempat sesuatu substansi, atau dapat juga mengganti substansi itu, yaitu kata ini dan itu.
d)     Kata ganti relative, ialah kata yang menyatakan perhubungan antara sebuah substansi dengan kalimat yang menghubungkanya, yaitu kata yang.
e)      Kata ganti penanya, ialah kata yang menyatakan pertanyaan mengenai nama substansi, misalnya seperti kata apa, siapa dan mana.
f)        Kata ganti tak tentu, ialah kata yang menyatakan suatu substansi yang tak tentu, yaitu kata apa, apa-apa, siapa-siapa, mana-mana, anu, masing-masing, sesuatu dan seseorang.

4)      Kata kerja atau verbum.
Kata golongan ini dibedakan menjadi dua golongan, ialah:
a)      Kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan substantive supaya sempurnya artinya.
b)      Kata kerja intransitive, yaitu kata kerja yang sudah sempurna artinya, karena itu tidak dapat dibubuhi substantive sebagai pelangkapnya.
*Selain daripada itu, dikemukakan juga kata kerja yang lain, ialah yang disebut dengan kata kerja kopula. Kata kerja kopula ialah kata kerja yang bertindak sebagai kopula, misalnya kata adalah, jadi, menjadi, jatuh, misalnya dalam jatuh sakit.
  5)     Kata bilangan atau numeri.
Kata golongan ini digolongkan menjadi:
a)      Induk kata bilangan, misalnya satu, dua, tiga, seratus dan seterusnya.
b)      Kata bilangan tak tentu, misalnya beberapa, segala.
c)      Kata bilangan kumpulan, misalnya bertiga, berlima.
d)     Kata bilangan tingkat, misalnya kesatu, kedua, ketiga.
e)      Kata bilangan pecahan, misalnya dua pertiga, seperdua.
6)     Kata sandang atau artikulus
Menurut fungsi dan pemakaianya kata sandang dibedakan menjadi tiga golongan, ialah:
a)      Kata sandang tentu, yaitu kata yang.
b)      Kata sandang persona, yaitu si dan sang.
c)      Kata sandang tak tentu, yaitu kata seorang, sebuah, sesuatu.
7)      Kata depan atau praepositio
          Pada umumnya, kata depan dipakai untuk menjelaskan pertalian kata-kata. Kata depan yang tulen ialah di, ke dan dari. Di samping itu, terdapat kata depan yang lain, ialah pada, akan, dengan, serta, antara, sama, demi, peri, tentang, karena, bagi, untuk, guna, oleh, dan sebagainya. Ada lagi yang disebut kata kerja majemuk, ialah kata-kata di dekat, di dalam, ke dekat, ke luar, dari dalam, di hadapan, dan sebagainya.
8)      Yang dimaksud kata keterangan ialah kata yang menerangkan 1. Kata kerja dalam segala fungsinya, 2. Kata keadaan dalam segala fungsinya, 3. Kata keterangan, 4. Kata bilangan, 5. Predikat kalimat, tak peduli jenis kata apa predikat itu, dan 6. Menegaskan subjek dan predikat kalimat.
          Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi:
a)Kata keterangan waktu, misalnya dahulu, kemarin, hari ini, sekarang, kini, besok, kemudian, selamanya dan sebagainya.
b)      Kata keterangan modal, yang dapat dibedakan menjadi: 1. Kepastian, misalnya kata-kata memang, niscaya, pasti, dan sebagainya, 2. Pengakuan, misalnya kata-kata ya, benar, betul, sebenarnya dan sebagainya, 3. Kesangsian, misalnya kata-kata agaknya, barangkali dan sebagainya, 4. Keinginan, misalnya kata-kata moga-moga, mudah-mudahan, 5. Ajakan, misalnya kata-kata baik, mari, hendaknya, 6. Kewajiban, misalnya kata-kata harus, perlu, wajib, 7. Larangan, misalnya kata jangan. 8. Ingkaran ialah kata bukan, bukannya, tidak. 9. Keheranan, ialah kata masakan, mana boleh , mustahil. 
c)Kata keterangan tempat dan jurusan, misalnya kata-kata disini, dari situ, kesana, dari mana, dan sebagainya
d)     Kata keterangan kaifat dan kualitatif, misalnya kata-kata perlahan-lahan, dengan gembira, kuat-kuat, selebar-lebarnya, dan sebagainya.
e)Kata keterangan derajat dan permana, misalnya kata-kata amat, hampir, sangat, kurang, dan sebagainya.
f)   Kata tekanan, ialah kah, gerangan, pula, pun, dan lah,
9)   Kata sambung atau conjunction
            Kata sambung ialah kata-kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, dan kalimat-kalimat. Kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang berdiri pada permulaan sebuah kalimat sebagai pengantar sebuah serita, suatu pasal, atau kalimat baru yang termasuk golongan kata sambung. Yang termasuk golongan kata sambung misalnya kata-kata apabila, bilamana, lagi pula, dan, agar, karena dan sebagainya.
10)  Kata seru atau interjection
         Kata seru ialah kata-kata yang menirukan bunyi manusia, yaitu bunyi panggilan, bunyi yang memperingatkan akan adanya bahaya, bunyi yang menyatakan kesakitan dan berbagai rasa heran. Kadang-kadang kata seru itu menirukan bunyi yang jelas, seperti hm, yaitu bunyi deham, ha, sst, dan sebagainya.
Yang termasuk golongan kata seru misalnyakata-kata ya, wah, ah, hai, o, oh, cis, cih, dan sebagainya.

c.    Perbandingan Penggolongan Kata Oleh C. A MESS Dengan Penggolongan Kata Oleh Tokoh Lainnya Secara Tradisional.
Perbandingan penggolongan kata secara tradisional oleh C. A MESS dengan penggolongan kata secara tradisional oleh Tarjdan Hadjijaja
Secara umum, penggolongan kata menurut kedua tokoh ini hampir sama, akan tetapi ada beberapa perbedaan yang cukup terlihat. Misalnya saja dalam penggunaan istilah, C.A Mess menggunakan istilah “kata keadaan”, sedangkan TARDJAN H. menggunakan istilah “kata sifat”. Selain itu, dalam beberapa penggolongan menurut keduanya ada perbedaan dalam merincinya. Misalnya, TARDJAN H. menggolongkan Kata depan, kata penghubung dan kata secara lebih terperinci dibandingkan penggolongan oleh C.A Mess. Akan tetapi disisi lain, C.A Mess menjelaskan kata keadaan atau disebut sebagai kata sifat oleh TARDJAN H. secara lebih  dibandingkan TARDJAN H.

B.     Penggolongan Kata secara Non-Traditional Oleh S. Wojowasito (1978: 38-42)

   1. PENGGOLONGAN KATA OLEH S. WOJOWASITO
a. Keunikan Penggolongan Kata Oleh S. WOJOWASITO
            Karakteristik penggolongkan kata yang telah dijelaskan oleh S. Wojowasito, memiliki keunikan yang lebih banyak dibandingkan dengan beberapa penggolongan kata yang lain. Dalam penjelasan S. Wojowasito lebih menonjolkan ciri-ciri dari beberapa penggolongan katanya masih mengandung kebingungan tersendiri bagi para pembelajar Bahasa, khususnya dalam bentuk penggunaan dan syarat maupun ketentuaan yang belaku dalam beberapa penggolongan kata.
Selain itu, penggolongan kata oleh S. Wojowasito ini lebih memiliki ketelitian baik dalam segi ciri, sintaksis, gramatikal dan juga fungsi dari beberapa kata yang telah digolongkan.
penggolongan kata ini lebih mudah di pelajari dan memiliki materi penggolongan kata yang lebih padat. S. Wojowasito lebih menekankan pada penggolongan kata yang umum dan yang lebih sering digunakan oleh para pembelajar Bahasa.
b.   Penggolongan Kata Oleh S. Wojowasito
S. Wojowasito dalam bukunya Ilmu Kalimat Strukturil menggolongkan kata menjadi Sembilan golongan berdasarkan fungsi kata yang lazim dan sintaksis atau dalam sintaksis atau dalam kalimat di samping antologi atau artinya.
1.      Kata Benda
Ciri-ciri:
1.      Lazim menduduki fungsi subjek dan objek
2.      Lazim diikuti kata itu
3.      Dapat didahului oleh preposisi
4.      Dapat diikuti oleh nama pribadi
5.      Dapat didahului oleh kata bilangan
6.      Dapat didahului atau diikuti oleh suatu sifat
Contoh: mobil, meja, kursi.


2.      Kata Kerja
Ciri-ciri:
1.      Lazim menduduki fungsi predikat
2.      Lazim mengikuti subjek dan mendahului objek
3.      Dapat diikuti oleh preposisi
4.      Dapat digunakan untuk perintah
5.      Dapat mengalami perubahan genus (aktif dan pasif)
6.      Dapat didahului oleh kata-kata boleh, akan, hendak, sedang, lelah, sambil.
Contoh: duduk, menulis, membaca.

3.      Kata Sifat
Ciri-ciri:
a)      Lazim mengikuti kata benda sebagai sifat atau penjelasan
b)      Dapat dimasukkan ke dalam imbangan pangkat-pangkat perbandingan dengan menyertakan kata-kata lebih, paling.
c)      Tidak dapat digunakan untuk perintah
d)     Tidak dapat didahului oleh kata hendak, sedang.
Contoh: cantik, rajin.
4.  Kata Tambah
        Kata golongan ini hanya dapat menduduki fungsi keterangan sekunder. Misalnya dalam orang itu amat besar. Kata besar adalah keterangan primer pada orang itu, dan kata amat adalah keterangan sekunder pada kata besar. Karena itu, kata amat adalah kata tambah. Keterangan sekunder ialah keterangan atas keterangan.
1.      Kata penghubung
Kata golongan ini berfungsi 1. Menghubungkan dua kalimat sejajar atau bertingkat, dan 2. Menghubungkan dua kata yang sejenis dan sejajar. Contoh: dan, tetapi, dll.
2.      Kata seru
            Kata seru ialah kata yang digunakan sebagai motphrase, yaitu suatu kata yang bertindak penuh sebagai kalimat dengan intinasi seruan: wahai, aduh
3.      Kata bilangan
            Bilangan ialah kata yang menyebut sesuatu yang objektiv dan untuk tujuan itu tidak dapat diganti oleh lain jenis dan selalu mendahului kata yang dijumlah. Kata golongan ini dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
·         Kata bilangan yang tentu, misalnya: satu, dua, tiga, dst.
·         Kata bilangan yang tidak tentu, misalnya: segala, tiap-tiap,dsb.
4.      Kata ganti
                  Kata ganti ialah kata-kata yang mengganti kata benda, misalnya: aku, engkau, -ku, -kau, ini, dll.
5.         Kata depan
                    Kata depan ialah kata-kata yang di dalam kesatuan sintaktik, ialah dalam frase atau kelompok kata, menentukan sifat hubungan dengan kelompok kata atau kata yang mendahuluinya. Contoh: ber-, me-, di-, dst.




C.    Perbandingan Penggolongan Kata Tradisional Dan Non Tradisional (penggolongan kata menurut C. A MESS  dan S. Wojowasito)
Objek perbandingan
C. A MESS  (Tradisional)
S. Wojowasito (Non Tradisional)

Kata benda
Pengklasifikasian kata benda terlalu umum, sehingga perlu penjelasan yang lebih detail lagi
Klasifikasi pada kata benda jelas sehingga mudah difahami

kata bilangan
Penggolongan dalam kata bilangan cukup jelas dan detail
Penggolongan kata kurang detail

Kata ganti
Penggolongan kata ganti cukup jelas, sehingga mudh dipahami
Terlalu umum, dan sangat kurang detail












2 komentar: